Google+ hadir saat Facebook kukuh di kisaran angka 700 juta pengguna di seluruh dunia. Terlambat? Sepertinya tidak. Fakta hari ini menunjukkan pengguna Google+ telah mencapai 20 juta hanya dalam waktu 4 minggu.
Seorang teman mengundang saya bergabung lewat Gmail pada 8 Juli 2011. Yah, sementara ini kita masih butuh seorang pengguna untuk mengundang kita masuk. Nama besar Google menjadi daya tarik utama saya menyambut undangan. Selama ini saya menggunakan facebook dan twitter guna memperluas jangkauan pembaca blog. Saya berpikir apa salahnya mencoba satu lagi ‘platform berbagi’ ?
Kenyataannya lebih dari itu. Setelah bereksperimen selama 1 minggu, Google+ justru membuat saya berpikir hendak meninggalkan facebook. Bukan soal mudah membagi waktu diantara menulis, promosi blog dan pekerjaan harian dengan merawat 3 akun social network sekaligus.
Sedikitnya ada 3 alasan dibalik pemikiran tersebut;
1. Google+ Memahami Manusia
Manusia secara alami mengklasifikasikan setiap orang kedalam ketegori berbeda. Cara kita berkomunikasi dengan suami/istri berbeda dengan kenalan biasa. Topik pembicaraan kita dengan sesama blogger berbeda dengan teman kampus kita. Saya mencermati Google+ bekerja dengan tesis seperti itu.
Google+ menyediakan fitur bernama circles (lingkaran). Sebuah metode berbagi yang sepintas saya pikir merupakan antitesis dari platform berbagi facebook. Fitur Lingkaran pula yang menegaskan differensiasi Google+ vs facebook.
Kita berbagi konten (status, link, foto dan video) di facebook kepada semua orang dalam friendlist Memang ada opsi guna menyembunyikannya dari nama-nama tertentu. Tapi merepotkan. Facebook seolah menganggap semua orang dalam friendlist sebagai ’teman’ belaka. Entah dia saudara, kekasih, teman sekolah atau entah-siapa-dia yang sekedar kita konfirmasi tawaran pertemanannya.
Semua ’teman’ kita di facebook punya akses melihat dan mengomentari postingan. Dan sebaliknya, semuanya juga leluasa menandai nama kita pada setiap konten yang mereka bagikan. Saya terkadang kesal juga dengan teman yang memperlakukan dinding saya tak ubahnya Roxy.
Saya menyukai Google+ karena Google+ menghalangi siapa saja menempel sesuatu pada dinding profil. Sebuah foto, misalnya, hanya akan ditandai dengan nama saya bila saya sudah menyetujuinya terlebih dahulu.
Fitur Lingkaran Google+ juga memungkinkan saya berbagi dan berinteraksi dengan setiap orang secara berbeda. Setiap konten (teks, foto, link dan video) yang saya bagi ke dalam aliran hanya akan terlihat oleh orang-orang dalam lingkaran yang saya pilih. Ada opsi centang kepada lingkaran yang mana konten hendak saya bagikan sebelum menekan tombol berbagi.
Hanya satu yang perlu saya kerjakan, yaitu membuat lingkaran dan memasukkan nama-nama kedalamnya. Saya bisa mengelompokkan orang-orang kedalam lingkaran berdasarkan pola hubungan saya dengan mereka. Contohnya, saya memasukkan kawan sesama blogger kedalam lingkaran bernama Blogger.
Memang setiap orang yang saya lingkari juga bebas berbagi dengan saya. Namun saya punya opsi melihat aliran streaming hanya dari lingkaran yang ingin saya lihat. Opsi ini memudahkan pengguna yang memiliki waktu terbatas. Mungkin kita hanya ingin melihat up date terbaru dari lingkaran tertentu, tanpa perlu menggulir kursor jauh ke bawah.
Kita adalah manusia. Kita ingin berbagi dengan orang-orang didunia maya sama dengan cara kita di kehidupan nyata. Sekarang ini, Google+ adalah platform berbagi yang paling memahami keinginan itu
2. Personal Branding
Tampilan halaman Profil pada Google+ sangat personal. Post kita hanya berisi konten (teks. Link, foto & video) yang pernah kita bagikan kedalam aliran (arsip). Tidak ada postingan orang lain, apalagi promo produk elektronik yang kerap ditemui di facebook.
Ada kategori Ihwal (about) pada Halaman Profil. Laman ini sangat prospektif menurut saya buat membangun personal brand. Pengguna bisa menuliskan tag line tepat dibawah nama. Saya melihat salah seorang pengguna cukup efektif mendeskripsikan ‘mereknya’ dalam tag line; Blonde, Smart, Blogger, freelance web designer. Hanya dalam sekali tatap saya lansung bisa mengidentifikasi ‘merek pribadi’ yang bersangkutan.
Dibawah tagline tersedia kolom yang bisa dipergunakan memajang 5 buah foto secara berderet. Ada seorang penulis dengan tepat memanfaatkan kolom itu untuk memajang 5 sampul buku yang pernah dia terbitkan, tepat dibawah taglinennya; Writer & Editor.
Yang paling menarik adalah kolom pendahuluan dibawah kolom foto. Kolom ini mirip fitur Note pada facebook dengan opsi; huruf tebal, miring, bullets list dan tautan/link (anchor text).
Kolom pendahuluan membantu mendeskripsikan ‘personal brand’ pengguna. Kita bisa mengurai riwayat otoritas kita dalam satu bidang/topik tertentu memakai bullets list. Kita bisa mendeskripsikan topik blog-blog yang kita kelola; Pengalaman kerja; Award yang pernah diperoleh; Mempromosikan produk seperti ebook, buku cetak, plugin, theme, layanan pembuatan website, kursus blogging, konsultasi, dsb., serta alamat kontak kita secara lengkap.
Bayangkan, dengan opsi memasang tautan/link itu kita bisa mengarahkan pembaca lansung menuju landing page produk yang kita tawarkan ?
3. Seperti ‘Ngeblog’
Pada hari ke-3 menggunakan Google+, saya iseng-iseng ingin mengetahui berapa maksimal jumlah kata yang bisa diposting. Saya copy paste beberapa artikel acak sekitar 1.470 kata, lalu menekan tombol berbagi. Ternyata bisa (Pembaca punya opsi membentangkan atau menciutkan postingan). Seolah kita menulis di blog ?
Pengguna bisa memasang tanda; * sebelum dan sesudah kata/kalimat (tanpa spasi) yang ingin kita tebalkan, tanda; _ untuk kata/kalimat miring, dan tanda: - untuk mencoret kata/kalimat
Saya berpikir kelak ketika menerbitkan buku atau eBook, akan memanfaatkannya buat menulis testimoni atau salinan copy. Cara itu cukup efektif saya kira, ketimbang hanya memasang link menuju landing page. Konsumen bisa bertanya lansung mengenai buku/ebook dan kita pun bisa memperoleh umpan balik secara real time.
Google+ baru diluncurkan 28 Juni 2011. Terus terang analisa diatas masih prematur. Kita belum tahu apakah tampilan dan fitur Google+ sekarang bersifat permanen? Tapi tak ada salahnya kita bergerak cepat, bukan ? Saya kira memiliki satu lagi akun social network bukan menambah kerepotan bila manfaatnya ternyata jauh lebih besar. Jadi, tunggu apa lagi ?
———————————————————————————————————————————————-
Daeng Anto. Blogger kapan waktu di www.indonovel.com. Sekarang bermukim di Makassar. Anda dapat terhubung dengannya melalui Google+ & Twitter.
Link to full article
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét