Baru saja saya “kesandung” (stumble upon) situs yang menyediakan cerita untuk anak-anak. Ceritanya tidak dibuat dalam bentuk tulisan, tetapi dalam bentuk audio. Bagus sekali idenya. Saya suka dan sangat mendukung. Hanya … (nah keluar hanyanya) ada sesuatu yang mengganggu.
Cara orang bercerita untuk anak-anak terkesan terlalu patronizing, menggurui. (Saya sebetulnya masih mencari terjemahan yang lebih pas dari patronizing, karena menggurui kok belum pas benar.) Maksudnya cara berbicaranya kok seperti itu. Seperti menganggap anak-anak terlalu kecil. Padahal rasanya tidak perlu seperti itu. Anak-anak dianggap tidak punya kemampuan untuk mengapresiasi. Jadi pengen ngedongen terus direkam.
Hal yang sama juga terjadi di dunia musik. Lihat saja lagu anak-anak yang berkesan meremehkan kemampuan musikalitas mereka. Masih ingat lagu “diobok-obok”, misalnya? he he he. (Eh, sekarang sudah jarang mendengar lagu anak-anak ya?) Kalau di luar negeri, lagu anak-anak itu memiliki kualitas yang tidak patronizing. Lihat saja lagu-lagu film Disney, misalnya. Klasik sekali.
Kita nampaknya terlalu merendahkan kemampuan anak-anak kita. Akibatnya apa ya?
Filed under: Curhat, Opini, Pendidikan Tagged: Pendidikan, postaday2011

Link to full article
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét