Credit: All pictures above are directed and photographed by Ling (Esther’s sister). Thank you, Ling!

Link to full article
NationalAirway.com National airways is a fast growing and professionally managed airline. Our primary business is providing passenger and cargo air transport. Since our inception ...
Credit: All pictures above are directed and photographed by Ling (Esther’s sister). Thank you, Ling!
SUATU malam di sebuah warung Internet (warnet) di jantung Kota Yogyakarta. Seorang penjaga terlihat sedang duduk setengah mengantuk menunggu pelanggan datang. Hanya sekitar lima orang anak muda yang saya lihat di belakang komputer saat itu. Padahal di ruangan tersebut ada sekitar 40 komputer. Ke mana para pelanggan warnet yang dulu saya ketahui selalu penuh itu?
“Mereka sudah punya handphone Cina, Mas,” kata penjaga warnet. “Anak-anak kuliah yang dulu biasa mampir ke sini, sekarang membuka Facebook atau chatting dari handphone.”
Dalam hati saya berpikir, ternyata ada yang berubah dalam perilaku orang dalam mengakses Internet. Perubahan ini mungkin berlangsung secara perlahan. Dan saya baru menyadarinya sekarang di dalam warnet dengan penjaga yang mengantuk itu.
Warnet-warnet di kota lain mungkin sedikit lebih beruntung nasibnya. Barangkali juga malah lebih buruk. Di Jakarta saja, saya melihat bisnis warnet seperti tak menguntungkan lagi. Banyak tempat nongkrong, seperti kafe, yang sudah menyediakan hotspot gratis berkoneksi Wi-Fi. Data statistik beberapa lembaga pun menunjukkan bahwa akses Internet masih didominasi dari kantor, rumah, dan perangkat bergerak. Baru setelah itu dari warnet.
Yang menarik adalah kenaikan jumlah pengakses Internet melalui telepon seluler pintar. Menurut riset terakhir Yahoo! yang mengambil sampel pada Januari–Maret 2011, sementara jumlah pengakses di warnet terus menurun, peselancar dunia maya melalui ponsel pintar justru meningkat.
Sebagai perbandingan, pada 2009 jumlah pengakses mobile Internet hanya 22 persen dari total pengguna Internet di Indonesia, pada 2010 naik menjadi 48 persen, dan pada kuartal pertama 2011 melonjak hingga 58 persen.
Semakin murahnya harga ponsel yang bisa mengakses Internet memang menjadi faktor pendorong peningkatan itu. Dewasa ini, hanya dengan Rp 200 ribu kita sudah bisa membeli sebuah ponsel pintar buatan Cina yang bisa mengakses Internet. Pembeli dengan kocek lebih tebal memiliki alternatif pilihan ponsel pintar yang lebih banyak, baik yang berbasis Android, BlackBerry, maupun Apple.
Media sosial, seperti Facebook dan Twitter, juga menjadi daya tarik orang Indonesia mengakses Internet via ponsel pintar. Jumlah penggunanya terus melonjak. Menurut data Yahoo!, 80 persen pengakses Internet via telepon pintar membuka media sosial, jauh lebih banyak ketimbang mengirim e-mail (42 persen), chatting (41 persen), mengakses portal berita (31 persen), dan mengunduh nada dering (29 persen).
Perubahan ini mempengaruhi banyak hal. Perusahaan pemilik merek, artis, hingga partai dan politikus memasukkan media sosial sebagai ranah berjualan atau berkampanye. Sementara dulu aktivitas kampanye hanya sampai pembuatan dan pengelolaan situs resmi, sekarang akun Twitter, Facebook Page, dan kanal YouTube pun mereka gunakan sebagai ajang kampanye.
Konsekuensi dari berubahnya pola mengakses Internet melalui ponsel adalah perubahan desain sebuah situs. Jika dulu mempunyai situs dengan tampilan muka yang keren lengkap dengan program Flash yang membutuhkan koneksi cepat dan spesifikasi komputer yang tinggi merupakan keharusan, sekarang anggapan seperti itu mulai ditinggalkan.
Sekarang tampilan situs bukan lagi yang utama. Meski wajah depannya tetap didesain secara atraktif, setiap situs harus dibuat agar mudah diakses lewat telepon. Atau pemilik situs membuat situsnya dalam versi mobile agar pengguna tak repot atau susah membuka sebuah situs sehingga kapok tak mau datang lagi. Desain program sebuah situs harus dibuat sederhana, ringan, dan nyaman dilihat lewat layar ponsel yang kecil.
Tidak sedikit pula perusahaan yang beralih menggenjot Facebook Page daripada membuat situs sendiri. Hal ini disebabkan oleh Facebook yang gampang dibuka melalui perangkat bergerak, seperti ponsel pintar dan komputer tablet.
Dunia memang bergerak cepat. Mereka yang tak sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan ini mungkin akan bernasib seperti penjaga warnet di Yogyakarta yang terkantuk-kantuk menunggu pelanggan itu.
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Berapa kali sepekan sampean ke warnet?
Buat yang setiap saat nongkrong di twitter, pasti sudah mahir mengendus adanya tweet berbayar dari akun teman-teman yang kita follow yang bertindak sebagai buzzer.
Oke, mungkin masih ada yang belum begitu mengenal seluk beluk twitter ya. Biar saya perjelas dulu. Sama halnya dengan blog yang bisa dipasangi iklan karena jumlah pengakses dan pembacanya cukup besar, twitter sebagai media sosial tempat berinteraksi juga mulai dilirik advertiser untuk menyebarkan pesan mereka. Pesan titipan itu biasanya disampaikan melalui akun-akun yang dipilihnya sebagai buzzer, yang umumnya artis atau orang biasa yang memiliki jumlah follower yang besar. Satu ciri yang paling gampang dilihat adalah adanya tanda pagar (#) khusus sesuai dengan pesanan.
Meski seharusnya bukan hanya jumlah follower saja yang menjadi ukuran sebuah brand memilih buzzer, namun jumlah follower twitter tertentu menjadi syarat utama. Misalnya batas bawah angka 500 adalah yang dijadikan patokan oleh idBlognetwork.
Jual beli akun twitter: laris!
Adanya peluang memperoleh penghasilan dari twitter, dan ada pula pengguna yang ingin memperoleh follower dalam jumlah besar tetapi frustasi nggak tahu gimana caranya, membuat muncul juga jual beli akun twitter. Partek ini jelas menyalahi aturan dan dilarang oleh twitter, dan bisa mengakibatkan akun disuspend.
Jumlah follower di twitter tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya pengaruh tweet yang dibuat seorang buzzer. Siapa saja followernya, dan seberapa besar pengaruh orang tersebut terhadap orang-orang yang memfollownya, turut menentukan. Apa gunanya follower bejibun, kalau akun tersebut tidak pernah berkomunikasi intensif? Ngetwit hanya jika ada pesanan? Atau sebaliknya, membanjiri timeline dengan ocehan nggak jelasnya?
Oiya, dari gambar iklan jualan akun twitter di atas, ada yang menggelitik saya, itu 1.500 followers, dari berapa following? Bukan 15.000 kan? *sungkem*
.
Senin, 8 Agustus 2011
Trainer dipanggil Orang tuanya. Tepatnya dimintai tolong Ibu untuk mengantar Bapak, mengambil uang pensiun di sebuah Kantor Pos di dekat Pasar Mayestik.
Ya … pagi itu sebelum ke kantor … saya mampir ke rumah Bapak-Ibu dulu di kawasan Senayan. Menjemput Bapak. Ini adalah kali pertama saya melakukan tugas ini.
Sebelum-sebelumnya …
Bapak atau Ibu selalu mengambil uang pensiunnya sendiri. Tanpa diantar oleh siapapun. Bapak waktu itu masih sanggup nyetir sendiri kendaraannya untuk pergi mengambil uang pensiunnya. Namun karena usia yang semakin menua … Ibu memutuskan untuk tidak lagi memperbolehkan bapak menyetir sendiri. Maka jadilah untuk pengambilan Pensiun mulai bulan ini … saya bertugas untuk mengantarkan bapak.
Singkat cerita kami sampai ke Kantor Pos tersebut. Tidak sulit menemukan kantor pos ini, sebab daerah Mayestik dan sekitarnya merupakan daerah jajahan saya dulu … hahaha …
Ahaaa ternyata masih sepi. Mobil saya adalah satu-satunya mobil yang parkir di halaman kantor pos pagi itu. Mulanya saya sudah siap dengan kemungkinan terburuk … yaitu antri panjang karena ini hari Senin, dan relatif tanggal muda pula. Namun ternyata saya salah. Kantor Pos pagi itu tidak terlalu ramai. Apalagi di loket untuk mengambil Uang pensiun. Kami hanya menunggu sebentar … kemudian nama Bapak saya dipanggil.
Seorang Ibu berjilbab Oranye melayani Bapak dengan ramah dan sabar. Indra pendengaran Bapak sudah agak kurang baik, sehingga Ibu itu kadang mengulang satu dua kalimat yang dia ucapkan. Rupanya ibu itu sudah sangat terbiasa menghadapi para pensiunan. Dia tau betul apa yang harus dilakukan. Bersuara dengan keras. Dengan ucapan yang jelas agar mudah dimengerti. Lalu … step-by Step … dengan sabar … Menghitung uang satu per satu dihadapan customernya … memasukkan kedalam amplop … dan menyerahkan kembali kartu pensiunnya. Semua dilakukan dengan cermat, cepat dan profesional … tanpa kehilangan kehangatan.
And you know what … ketika semua sudah selesai … Bapak masih sempet-sempatnya bicara pamer pada Ibu berjilbab oranye itu … “Ini anak saya yang besar” … “saya diantar anak saya nih …” Dan ibu itu pun tersenyum. (aahhhh Bapak ini … tanpa dikasih tau saya yakin petugas itu juga ngeh kalau saya anaknya …)(hawong muka dan cara jalannya plek ketiplek …).
Eniwei … Saya pujikan sikap dan cara kerja Ibu berjilbab oranye, … Petugas loket pembayaran uang pensiun di Kantor Pos Mayestik itu. Bertugas di loket seperti ini memang memerlukan keahlian, kesabaran dan ketrampilan yang khusus.
—
BTW
Pagi itu … sungguh saya tertegun melihat besaran uang pensiun yang diterima oleh Bapak … (serta merta saya terdiam lama …)(tidak tau mesti berkata apa).
Sementara itu Bapak pun dengan hati-hati memasukkan amplop uang itu ke dalam tas selempang kainnya, dielus-elusnya tas selempang dari kain itu perlahan dengan tangan tuanya … memperlakukan amplop tipis berisi uang pensiun tersebut bagaikan menerima intan berlian yang tiada ternilai harganya.
Ah Pak … Bu …
Seharusnya Anakmu ini bisa membantu lebih banyak lagi untuk Bapak – Ibu … !!!
.
.
(Jujur … Saya masih kaget … melihat jumlah nominal uang pensiun yang diterima oleh Bapak setiap bulannya …).
(Namun … Berapapun itu … Kami harus tetap mensyukurinya)
Hari ini adalah hari pertama perkuliahan untuk semester dan tahun ajaran baru. Terlihat banyak mahasiswa baru yang masih berbinar-binar, kebingungan mencari ruang kelas, dan bersemangat. Semoga mereka tetap bersemangat untuk beberapa tahun ke depan. Sebagian besar kegagalan dari bersekolah adalah masalah kecerdasan tetapi ketidakmampuan menyesuaikan dengan lingkungan dan menghadapi masalah sehari-hari. Mudah-mudahan mereka bisa melaluinya dengan baik.
Selamat datang di kampus! Sukses!